Life of Pi adalah
sebuah film yang mempunyai cara bercerita yang sangat unik. Film ini dimulai
dengan percakapan seorang penulis dengan Pi dalam pencariannya akan Tuhan.
Jelas sekali kita bisa melihat sosok penulis dalam karakter Pi. Papa Pi adalah
seorang yang bijaksana sekali. Kita bisa belajar banyak hikmatnya dalam
pengajarannya kepada anak-anaknya; salah satu yang berkesan adalah percakapannya dengan Pi di
meja makan, seringkali kita seperti Pi, melihat semua agama baik, menyembah semua
tuhan yang kita kenal: Syiwa, Yesus, Buddha, Allah. Pi berpikir semua agama
baik, masing-masing memiliki ‘plus-minus’ masing-masing. Jadi, kenapa tidak
semuanya disembah aja? No harm toh?
Papa Pi menjawab dengan bijaksana sekali, dengan hikmat yang... kupikir berasal
dari Yang diatas saja: “ Orang yang beriman kepada banyak allah, jangan
berpikir kalau dia adalah orang yang sangat rohani dan beriman. Karena
sebenarnya dia tidak beriman kepada siapa-siapa.” Sebuah jawaban yang
mengejutkan sekali! Dalam dan BENAR! Truly True.
Saya tidak akan
banyak menulis mengenai petualangan Pi dan usahanya bertahan hidup di tengah
lautan bersama seekor harimau (bernama Richard Parker), saya akan lompat
langsung ke akhir ceritanya, disaat Pi bercerita hal yang sebenarnya kepada dua
orang penulis laporan. Yaitu kejadian yang sebenarnya tetapi sukar dipercaya,
mereka lebih senang Pi bercerita tentang sesuatu yang kedengarannya lebih masuk
di akal daripada hal yang sebenarnya, yaitu bahwa Pi bertahan hidup, bersama dan karena seekor harimau. Di
dalam segala kesukarannya untuk bertahan hidup, harimau itu menjadi pisau yang
terus mengasah Pi untuk senantiasa waspada, memotivasinya untuk terus bertahan.
Tanpa harimau itu, Pi mungkin sudah tidak bisa menceritakannya kepada si
penulis saat ini.
Nah, yang menarik
adalah Pi mengaitkan hal ini dengan Tuhan. Hal ‘ini’ apa?
Yaitu hal “ kita
pada dasarnya pun seperti dua orang penulis laporan ini, kita lebih senang
mendengarkan apa yang kita pikir masuk di akal kita, kita tidak mau mendengar
apa yang benar, tetapi apa yang aku suka.”
Sama halnya
dengan, Tuhan adalah kebenaran, tetapi Dia kedengarannya tidak masuk akal, cara
Dia bertindak, kejadiannya tidak terlalu masuk akal bagi kita sehingga kita
memilih untuk diciptakan satu cerita lain mengenai tuhan yang lain, yang lebih
masuk akal kita. Which story do you prefer?
No comments:
Post a Comment