Sunday, May 5, 2013

Life of Pi



Life of Pi adalah sebuah film yang mempunyai cara bercerita yang sangat unik. Film ini dimulai dengan percakapan seorang penulis dengan Pi dalam pencariannya akan Tuhan. Jelas sekali kita bisa melihat sosok penulis dalam karakter Pi. Papa Pi adalah seorang yang bijaksana sekali. Kita bisa belajar banyak hikmatnya dalam pengajarannya kepada anak-anaknya; salah satu yang  berkesan adalah percakapannya dengan Pi di meja makan, seringkali kita seperti Pi, melihat semua agama baik, menyembah semua tuhan yang kita kenal: Syiwa, Yesus, Buddha, Allah. Pi berpikir semua agama baik, masing-masing memiliki ‘plus-minus’ masing-masing. Jadi, kenapa tidak semuanya disembah aja? No harm toh? Papa Pi menjawab dengan bijaksana sekali, dengan hikmat yang... kupikir berasal dari Yang diatas saja: “ Orang yang beriman kepada banyak allah, jangan berpikir kalau dia adalah orang yang sangat rohani dan beriman. Karena sebenarnya dia tidak beriman kepada siapa-siapa.” Sebuah jawaban yang mengejutkan sekali! Dalam dan BENAR! Truly True.

Saya tidak akan banyak menulis mengenai petualangan Pi dan usahanya bertahan hidup di tengah lautan bersama seekor harimau (bernama Richard Parker), saya akan lompat langsung ke akhir ceritanya, disaat Pi bercerita hal yang sebenarnya kepada dua orang penulis laporan. Yaitu kejadian yang sebenarnya tetapi sukar dipercaya, mereka lebih senang Pi bercerita tentang sesuatu yang kedengarannya lebih masuk di akal daripada hal yang sebenarnya, yaitu bahwa Pi bertahan hidup, bersama dan karena seekor harimau. Di dalam segala kesukarannya untuk bertahan hidup, harimau itu menjadi pisau yang terus mengasah Pi untuk senantiasa waspada, memotivasinya untuk terus bertahan. Tanpa harimau itu, Pi mungkin sudah tidak bisa menceritakannya kepada si penulis saat ini.
Nah, yang menarik adalah Pi mengaitkan hal ini dengan Tuhan. Hal ‘ini’ apa?
Yaitu hal “ kita pada dasarnya pun seperti dua orang penulis laporan ini, kita lebih senang mendengarkan apa yang kita pikir masuk di akal kita, kita tidak mau mendengar apa yang benar, tetapi apa yang aku suka.”
Sama halnya dengan, Tuhan adalah kebenaran, tetapi Dia kedengarannya tidak masuk akal, cara Dia bertindak, kejadiannya tidak terlalu masuk akal bagi kita sehingga kita memilih untuk diciptakan satu cerita lain mengenai tuhan yang lain, yang lebih masuk akal kita. Which story do you prefer?

No comments: